Minggu, 14 Mei 2017

Maaf, Sayang.

Saya, perempuan yang belum lama mengenal laki-laki ini.

Mungkin saya masih kalah jauuuh, dari perempuan-perempuan sebelum saya yang mengenal dia-atau-mungkin-dekat-atau-mungkin-sangat-dekat.

Mungkin, diantara mereka atau siapapun yang mengenal dia, mengira dia berubah, atau tak seperti dulu.

Mungkin dia jadi (sedikit) sombong, atau sejenisnya. Menjadi  (sedikit) asosial atau sejenisnya. Dan menjadi laki-laki yang melulu bersama saya. Apapun kegiatannya.

Ya benar, saya juga rasa begitu.
Percayalah, bahwa itu bentuk dari pembuktian dia. Percayalah, bahwa sekarang ini dia sedang menjalin hubungan dengan perempuan yang sebelumnya penuh dengan luka, air mata, dan tak sedikitpun ada rasa percaya. Itu saya.

Saya, perempuan yang "sakit". Mengenal dia, saya masih membawa itu semua beserta trauma yang mendalam.

Saya, perempuan yang sangat amat cemburuan. Susah sekali mengatasi situasi ini. Banyak yang bilang, "cemburu itu harus logis". Saya enggak bisa. Siapapun bisa saya cemburui, apalagi orang yang mungkin saya curigai pernah "dekat" dengan dia.

Saya curigaan. Hahahaha. Kesel gak? Ya sama saya juga kesel sama diri saya sendiri. Cuma, emang untuk yang satu ini saya bisa kontrol. Saya hanya bisa curiga jika saya punya beberapa bukti yang menguatkan untuk kearah sana. Ribet ya? Iya emang, pacaran sama saya ribet.

Saya si tukang tanya. Atas dasar sifat cemburuan saya, jadi suka nanya sama dia. Dari awal, saya gak pernah segan untuk nanya
"kamu pernah pacaran berapa kali?"
"Kamu mantannya ada berapa?"
"Mantan kamu siapa aja namanya?"
"Kenalnya dimana?"
"Rumahnya dimana?"
"Udah seberapa deket?"
"Deket gak sama keluarganya?"
"Sekarang mereka dimana?"
"Masih suka hubungan?"
"Kamu pernah deket sama dia (nyebutin nama mantan gebetan dia) ya?"
"Siapa aja tuh cewek yg pernah deket sama kamu?"
"Kenal mereka dimana? Berapa lama? Kenapa gak jadian ajasih?"

Gedek gak? Yaaaaaa. Mungkin cowok lain udah nyerah duluan. Wkwkwkwk. Entah, kenapa dia masih aja mau sama saya :')

Dan dia benar-benar menjawab semua pertanyaan saya dengan serius dan detail. Dan fyi, saya pelupa. Saya bisa nanya pertanyaan yang sama berulang-ulang dan dia masih aja sabar. :)

Dan dengan jawaban tersebut, saya jadi tau bagaimana dia sebenernya, dan apa saja kisah yang pernah dia lewati. Sebisa mungkin saya mengingatnya termasuk hal apa saja yang dia tidak suka dari sifat mantannya. Itu penting bukan agar saya menjadi lebih baik untuknya? :)

Untuk siapapun yang ada diluar sana, yang pernah menjadi bagian hidup dari pacar saya ini, mohon maaf apabila kehadiran saya semakin membuat jarak diantara kalian. Saya tak bisa mengelak bahwa saya tidak suka. Saya tidak bisa mentolelir itu semua. Dan dia menyanggupi. Ya, alasan-alasan tertentu bisa saya pertimbangkan lah.

Saya benci dengan mantannya pacar saya? Oh tidak. Saya malah ingin sekali berteman, ngobrol, berbagi cerita. Apalah saya yang belom mengenal dia lama, jadi beberapa sifat dia masih saya kurang faham bagaimana menanganinya. Mungkin dengan ngobrol dengan mantannya, saya ada pencerahan, mungkin.

Sayangnya, mungkin mantan dia juga gakmau deket sama saya. Kebanyakan dari mereka hanya tau saya orangnya overprotect, jadi mungkin mereka takut atau enggan berurusan dengan saya.

Percayalah, saya bisa jamin prasangka itu semua bisa kalian putarbalikan apabila sudah "kenal" saya sesungguhnya. Ayo mari kita berteman! :)

Dan lewat tulisan ini pula saya ingin meminta maaf kepada pacar saya, Fajar Santika Budiman, karena telah membuat kamu menjadi begitu beda dan asing dimata banyak orang.

"Maafin dede Mas. Terima kasih telah sedikit banyak membuktikan bahwa kamu berbeda dari laki-laki yang pernah kukenal, menjadi orang yang beda dari fajar yang dulu-yang-dekat-dengan-banyak-perempuan. Dan sekarang menjadi laki laki yang hanya dekat dan hanya mau dekat dengan aku. Terima kasih. :*. "





Tidak ada komentar: